1.Kirab Drumband Gemuruh Langkah Taruna, Semangat Baru untuk Kota Baja
Kata Cilegon Kirab Drumband pagi itu tak seperti biasanya. Dentuman drumband dan derap langkah tegap ratusan taruna menyapu suasana kota. Kirab Latsitardanus XLV 2025 menjelma jadi parade kebangsaan, menyatukan TNI, mahasiswa, dan warga dalam satu semangat: pengabdian.
Bukan hanya sekadar seremonial, kegiatan ini menjadi jembatan nyata antara dunia pendidikan kedinasan dan masyarakat. “Kami bangga, ini bukan hanya soal penampilan, tapi bentuk interaksi langsung yang menginspirasi,” ujar Wali Kota Cilegon Robinsar.
Dengan iringan semangat nasionalisme dan nuansa kekeluargaan, Kota Baja menjadi panggung kebhinekaan yang hidup.
2. “Kirab Drumband Latsitardanus 2025: Ketika Taruna Menyapa Cilegon dengan Irama Patriotisme”
Bukan cuma seragam dan barisan rapi, Latsitardanus adalah tentang kehadiran jiwa-jiwa muda yang ingin memberi makna. Iring-iringan taruna dari Akmil, Akpol, IPDN, dan BSSN menggugah hati masyarakat Cilegon yang menyambut mereka dengan antusias.
Kirab drumband yang dimulai dari Kantor Wali Kota menjadi pembuka dari serangkaian kegiatan pengabdian di berbagai wilayah. Warga tak hanya menonton, tapi juga berinteraksi langsung. Inilah Indonesia dalam bentuk paling hangatnya: gotong royong dan kebersamaan.
Baca Juga: Program Bahasa Korea Resmi Diluncurkan, Pemkot Cilegon dan PT Krakatau Posco Teken MoU
3. “Langkah Taruna, Langkah Harapan: Cilegon Jadi Tuan Rumah Kebangsaan”
Tidak semua hari kota disapa oleh ratusan calon pemimpin bangsa. Tapi di 8 Juni 2025, Cilegon mendapat kehormatan itu. Kirab Latsitardanus XLV menjadi simbol bahwa patriotisme tidak melulu berbaju perang, tapi bisa berwujud edukasi, pengabdian, dan inspirasi.
Wali Kota Robinsar pun berharap generasi muda Cilegon makin berani bermimpi jadi bagian dari angkatan atau jalur kedinasan lainnya. “Cilegon tak hanya soal industri. Kota ini juga bisa jadi lumbung pemimpin masa depan,” ujarnya penuh harap.
4. “Latsitardanus XLV: Ketika Cilegon Menjadi Rumah Taruna dari Seluruh Nusantara”
Kirab drumband di Latsitardanus bukan sekadar atraksi—ia adalah simbol kehadiran dan keterlibatan. Cilegon menjadi titik temu antara masa depan bangsa dan denyut kehidupan masyarakat lokal.
Dengan jumlah 620 taruna dan taruni yang menetap sementara di Cikerai, Bulakan, dan Kalitimbang, mereka bukan hanya datang untuk latihan, tapi juga menyatu dengan warga. Membersihkan lingkungan, mengajar di sekolah, bahkan berbagi wawasan tentang kepemimpinan.
Inilah pendidikan dalam bentuk yang paling membumi.
5. “Cilegon Berkibar Bersama Kirab Taruna: Dari Barak ke Jalanan, Dari Mimpi ke Realita”
Suara drum menggema, semangat berkibar di setiap langkah. Para taruna dan taruni dari berbagai akademi kedinasan membawa serta nilai disiplin, cinta tanah air, dan integritas ke jantung Kota Cilegon.
Di sisi lain, warga menyambut hangat. Anak-anak terpukau melihat iring-iringan drumband, sementara orang tua bangga menyaksikan putra-putri bangsa tampil gagah.
Latsitardanus di Cilegon menjadi cermin bahwa pendidikan militer dan kepemimpinan tidak berjarak dengan rakyat. Sebaliknya, justru menyatu dalam satu irama: Indonesia.
